1. Ewaldina Sawi Meo (49)
Ewaldina Sawi Meo atau akrab disapa Bidan Walde, ialah sosok yang sangat prihatin kepada angka kematian ibu hamil dan bayi, terutamanya di Kabupaten Nagekeo, NTT. Memandang keadaan tersebut, Bidan Walde memberikan edukasi, sosialisasi, hingga aksi sukarela memberikan makanan tambahan bagi ibu hamil. Ia juga mengajak PKK untuk membuat teladan yang dipahami ibu hamil.
Berkat inisiatifnya, angka kematian ibu hamil dan bayi menurun secara signifikan. Keberhasilan Bidan Wade membawanya meraih penghargaan Bidan Figur Provinsi NTT pada 2019.
2. Devirisal Djabumir (30)
Akrab dipanggil Dave, sosok asal Kepulauan Aru, Maluku ini rela meninggalkan pekerjaanya di Turki demi kembali ke Indonesia. Di Turki, Dave berprofesi di perusahaan listrik, dia memilih kembali demi memajukan pengajaran di kampungnya. Alasannya kembali ialah karena kampungnya belum ada fasilitas pengajaran memadai. Tak cuma itu, informasi sampah yang mencemari laut di Kepulauan Aru juga membuatnya tergugah untuk melakukan perubahan. Pada 2018 Dave mendirikan Sekolah Mimpi yang memakai metode pengajaran inklusif dan mengintegrasikannya dengan alam. Dave juga mengajak keterlibatan seketika si kecil-si kecil yang ingin menimba ilmu tambahan bersamanya, dengan metode membayar biaya sekolah dengan sampah.
3. Sri Utami (71)
Sosok satu ini menginspirasi dengan perjuangannya memenuhi keperluan keluarga serta keempat anaknya untuk bersekolah. Sri berprofesi serabutan demi menerima penghasilan untuk keluarganya. slot rtp Ia pernah berprofesi sebagai buruh cuci, tukang batu, pedagang sayur, hingga sopir angkot. Meski demikian dia tak putus motivasi. Sri lalu mengawali bisnis usaha sepatu hingga perawatan badan. Pada 2001 Sri berhasil membuka klinik pertama. Suami Sri juga berhasil menjadi dokter. Sekarang Sri sudah mempunyai 2 klinik pratama, 2 klinik utama dan 1 rumah sakit khusus bedah dengan biaya murah demi menolong orang mendapatkan fasilitas kesehatan.
4. Robertus Kenedy Diaz (54)
Robertus berprofesi sebagai pemandu wisata di Labuan Bajo. Dari pekerjaannya itu, dia mulai tergerak menjadi aktivis kebersihan lingkungan. Langkah Robertus ini tak mudah, dia sempat mendapatkan banyak cemooh dari masyarakat sekitar. Tetapi, keadaan tersebut tak membuatnya menyerah. Ia konsisten menggalakan program kebersihan tersebut dan mengajak masyarakat untuk terlibat. Kecuali itu, Robertus juga mendirikan kelompok sosial ‘Kecil Labuan Bajo Bersatu’. Dari aksinya, dia berhasil mengurangi jumlah sampah dan mencegah masyarakat terserang penyakit demam berdarah.
5. Ni Komang Warsiki (52)
Ibu jebolan SD ini mempunyai empat orang si kecil dan tiga di antaranya penyandang disabilitas. Tetapi, keadaan tersebut tak membuatnya patah motivasi, Komang konsisten mendidik anaknya hingga berhasil. Bahkan si kecil pertamanya, berhasil menulis 4 buku. Sementara si kecil keduanya menciptakan karya lukisan yang banyak dipinta masyarakat internasional.
Sementara itu, Corporate Affairs Director Frisian Flag Indonesia, Andrew F. Saputro ingin penghargaan ini diwujudkan agar dapat menginspirasi banyak orang.
“Kami harapkan dapat menjadi ide bagi lebih banyak orang untuk menjadi pahlawan bagi keluarganya, dan bersama-sama membangun Indonesia yang lebih sehat, sejahtera dan delaras,” sebut Andrew.